Jenis Virus Hepatitis

1. Hepatitis A

Virus hepatitis A (VHA) berbentuk partikel dengan ukuran 27 nanometer, merupakan virus RNA dan termasuk golongan picornaviridae. Hanya terdapat satu serotipe yang dapat menimbulkan penyakit hepatitis pada manusia. Virus ini sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat. Penggandaan atau replikasi terjadi dalam sel epitel hati dan epitel usus.

Penyakit ini dahulunya dinamakan hepatitis infektiosa. Sampai sekarang hepatitis A masih bersifat endemis dinegara berkembang sehubungan dengan lingkungan dan sanitasi yang masih buruk. Pada daerah beriklim tropis seperti indonesia, penyakit sering timbul selama musim hujan dan terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda.

Setiap tahun, tidak kurang dari 1,5 juta orang diseluruh dunia terinfeksi dengan virus hepatitis A. Cara penularannya melalui jalur fekal-oral, yang berarti melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan virus ini, atau berhubungan erat dengan penderita. Ini berarti infeksi sering terjadi pada lingkungan kumuh, dimana lalat dan kecoa banyak ditemukan. Tidak seperti virus hepatitis B dan C, VHA hanya aktif didarah dalam waktu yang singkat sehingga penularan melalui jalur inisangat jarang. Sering ditemukan kerang sebagai pembawa virus.

Masa inkubasi berkisar antara 15-25 hari, rata-rata 30 hari. Setelah virus hepatitis A masuk ke dalam tubuh, ia akan memperbanyak diri di dalam sel hati, dan sebagian dari pada virus itu masuk ke kandung empedu untuk selanjutnya dialirkan ke usus halus dan dikeluarkan melalui tinja. Melalui tinja inilah virus hepatitis A terbesar kepada orang lain dengan bantuan lalat, kecoa, dan sebagiannya yang hinggap di makanan dan minuman. Semua golongan usia dapat terserang penyakit ini. Penderita umumnya akan sembuh sempurna serta tidak pernah menjadi kronis. Penyakit pada fase akut umumnya 90% hadir tanpa gejala (asimptomatik) atau memberikan gejala yang sangat ringan dan hanya sekitar 1% yang timbul kuning (ikterus). Gejala penyakit pada anak umumnya tanpa gejala dan tidak kuning.

Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola hidupmenjadi lebih sehat dan bersih. Misalnya menjaga kebrsihan dan car makan yang sehat, seperti mencuci tangan sesudh ke toilet sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan. Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan sanitasi, pemakaian air bersih, pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan sumur yang memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat, memasak bahan makanan dan minuman.

2. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius baik di dunia maupun di Indonesia karena jumlah penderitanya yang semakin meningkat. Lebih dari 2 milyar penduduk dunia pernah terkena infeksi ini. Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 400 juta orang penduduk dunia yang mengidap HBsag. Dari jumlah tersebut, diperkirakan penderita kronik karier terdapat 12,5 juta orang di Cina, 2,6 juta di Korea dan 1,7 juta di Jepang. Infeksi virus hepatitis B tidak hanya di negara-negara Asia. Menurut tim hepatitis nasional angka kesakitan hepatitis B di Indonesia berkisar antara 5-20%. Oleh kaena itu, Indonesia termasuk kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Ini berarti, infeksi VHB sudah banyak terjadi pada saat kehamilan, bayi, dan masa anak-anak.
Seringkali infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi virus tetap berada di dalam tubuh dan infeksi kronis yang secara bertahap merusak sel-sel hati sehingga orang bersangkutan terancam menderita firosis hati, bahkan kanker hati.

Diluar tubuh manusia, virus hepatitis B bisa hidup selama 7 hari.stabilitas VHB terhadap desinfektan dan suhu tidak selalu sama dengan stabilitas HbsAg. Sifat antigenik HbsAg akan rusak jika dipaparkan pada natrium hipoklorit 0,25% (pemutih) selama 3 menit, tetapi memerlukan waktu 10 menit untuk menginaktifkan VHB. VHB akan mati pada air mendidih 1000 C atau oleh zat kimia chlorox.

Hepatitis B dapat dicegah diantaranya, jangan menggunaka jarum suntik bekas, peralatan tato, dan jarum akupuntur yang tidak steril. Hindarkan pemakaian bersama peralatan pribadi seperti sikat gigi, pisau cukur dan peralatan lainnya yang dapat menyebabkan kulit lecet dan luka.

3. Hepatitis C

Hepatitis C (VHC) termasuk kelompok Flaviviridae dan merupakan virus envelopet RNA berantai tunggal dengan ukuran 50-60 nm. Virus ini sebelumnya dikenal sebagai penyebab hepatitis non-A non-B (NANB) pasca transfusi. Virus ini sangat bervariasi karena terdiri dari berbagai macam subtipe. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa VHC bukan saja merupakan penyebab terbanyak hepatitis NANB pasca transfusi, tetapi juga sebagai penyebab dari kasus-kasus hepatitis NANB sporadis atau didapat dari komunitas (community acquired) yang cara infeksinya tidak jelas.
Hepatitis C terbesar diseluruh dunia. Tidak kurang dari 175 juta penduduk dunia terinfeksi dengan virus hepatitis C. Dari segi epidemiologik, VHC merupakan penyebab penyakit hati yang penting. Hal ini disebabkan selain menimbulkan hepatitis akut, sebagian besar penderitanya yang mencapai 80% berlanjut menjadi hepatitis kronik dan mengidap yang merupakan sumber infeksi. Sekitar 20% dari penderita hepatitis yang menahun akan berkembang menjadi sirosis hati, yang sangat berpotensi menjadi kanker hati dikemudian hari. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk berkembang menjadi sirosis hati adalah 17 tahun dan menjadi kanker hati dalam waktu 20 tahun. Tidak seluruh penderita hepatitis C memberikan gejala. Hanya sekitar 40% penderita yang timbul keluhan. Keluhanpun umumnya ringan, tidak kuning (anikterik), atau tidak memberikan gejala.

Virus hepatitis C belum terbukti onkogenik (menyebabkan timbulnya kanker). Hal ini disebabkan VHC bukan virus DNA. Namun begitu, berdasarkan studi epidemiologi retrospektif, penderita hepatitis C kronik setelah 20-30 tahun akan berkembang menjadi kanker hati. Terjadinya kanker hati disebabkan sirosisnya. VHC juga lebih cenderung bereplikasi di dalam sel hati dan menyebabkan infeksi persisten. Selama infeksi kronik VHC-RNA titernya tinggi walaupun dapat berfluktuasi, antara 105-107 international unit (IU/mL).

Adanya perbedaan sekuen nukleotida pada genom VHC menjadi dasar pengelompokan VHC dalam 6 genotipe yang berbagi dalam subtipe-suptipenya (1a, 1b, 1c, dst) yang masing-masing menunjukkan tampilan klinis yang berbeda seperti beratnya penyakit, progresi ke sirosis dan kanker hati, atau respon terhadap interferon.

Menurut pendapat ahli, virus hepatitis C mempunyai kemampuan untuk menekan jumlah trombosit. Bila jumlah trombosit menurun maka keberhasilan interferon untuk pengobatan hepatitis C juga menurun. Hal ini berhubungan dengan tingkat fibrosis hati. Sirosis hati merupakan tingkat fibrosis hati yang paling berat. Pencegahan yang dilakukan pihak medis adalah dengan melakukan uji saring donor darah terhadap infeksi virus hepatitis C. Belum ada vaksinasi untuk mencegah tertularnya VHC.



Comments